Ketua Umum Gerakan Cinta Prabowo (GCP), H. Kurniawan

Jakarta, Basmitipikor.com – Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, H. M. Soeharto, memunculkan polemik dan gelombang protes dari sejumlah pihak. Meski demikian, keputusan negara tersebut justru memantik dukungan kuat dari para pecinta dan pendukung almarhum Soeharto.

Ketua Umum Gerakan Cinta Prabowo (GCP), H. Kurniawan, menyayangkan adanya pihak-pihak yang menolak gelar tersebut. Ia menegaskan bahwa proses penganugerahan gelar pahlawan tidak pernah dilakukan secara sembarangan.

“Pemberian gelar pahlawan kepada seseorang bukan karena nepotisme atau kedekatan dengan penguasa. Gelar itu diberikan berdasarkan asas kelayakan dan kepatutan,” tegas H. Kurniawan.

Menurut Kurniawan, sejak lengser pada tahun 1998, Soeharto berkali-kali menjadi sasaran fitnah, stigma, dan tudingan tanpa bukti. Hal itu bukan hanya menyakitkan bagi keluarga, tetapi juga bagi para pendukung yang menilai Soeharto sebagai sosok yang berjasa besar bagi bangsa.

“Selama lebih dari dua dekade, fitnah dan pembunuhan karakter terus diarahkan kepada beliau. Padahal tidak ada satu pun bukti kuat yang dapat membenarkan tudingan itu,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Soeharto merupakan anak kampung dari keluarga petani yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi Indonesia. Pengalamannya hidup di era kolonial Belanda, pendudukan Jepang, masa revolusi, hingga era pembangunan membentuk pribadi yang kuat, tegas, dan bijaksana.

Dalam pandangannya, Soeharto naik menjadi pemimpin nasional bukan melalui kudeta, melainkan karena situasi bangsa yang kacau akibat tragedi Gerakan 30 September/PKI yang melumpuhkan ekonomi, keamanan, dan stabilitas politik.

“Bangsa Indonesia saat itu membutuhkan sosok penyelamat untuk memulihkan keadaan, dan Pak Soeharto terbukti mampu melakukannya,” kata Kurniawan.

Kurniawan menilai, di bawah kepemimpinan Soeharto, stabilitas nasional pulih dengan cepat. Pembangunan besar-besaran dilakukan di seluruh sektor. Pancasila dan UUD 1945 dijadikan dasar utama untuk memajukan bangsa.

“Indonesia pernah mengalami masa keemasan: aman, sejahtera, dan disegani dunia. Itu era ketika Soeharto memimpin,” tuturnya.

Namun, keberhasilan tersebut, katanya, juga melahirkan kelompok-kelompok yang tidak menyukai Soeharto dan terus berupaya menjatuhkannya hingga puncaknya pada krisis moneter 1998.

Meski telah wafat, nama Soeharto tetap menjadi figur yang dirindukan sebagian besar masyarakat. Banyak yang menganggapnya sebagai pemimpin kuat yang mampu membawa Indonesia pada masa stabilitas.

“Bagi segelintir orang, Soeharto dianggap penjahat. Tetapi bagi mayoritas rakyat, beliau adalah tokoh bangsa yang dihormati dan layak menjadi Pahlawan Nasional,” tegas Kurniawan.

Ia pun menutup pernyataannya dengan doa untuk almarhum.

“Al-Fatihah untuk beliau,” ucapnya. ( Editor, Polman Manalu )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © All rights reserved. BASMI TIPIKOR. | Best view on Mobile Browser | ChromeNews by AF themes.